Kebahagiaan Orang Miskin

KEBAHAGIAAN ORANG MISKIN

“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah…” (Mat 5:3)

A.    Dalam Konteks Mesianis
Salah satu cara untuk memahami makna “sabda bahagia” yang diserukan Yesus adalah dengan memahami latar belakang Perjanjian Lama mengenai kedatangan Mesias dan kerajaan-Nya serta tentang orang-orang yang akan masuk ke dalam kerajaan itu. Dalam kitab nabi Yesaya (61:1-2) ditegaskan perihan kedatangan Mesias sebagai berikut: “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung,”

Ketika Yesus datang dan mengajar di sinagoga, Ia memproklamasikan diri sebagai pemenuhan nubuat nabi Yesaya ini dengan berkata (Lukas 4: 18-19),  “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin…”

Kabar baik yang bagaimana disampaikan kepada orang-orang miskin? Dalam sabda bahagia kita menemukan jawabannya.

 B.    Arti Teks
Mendengar kata “orang-orang miskin”, pikiran kebanyakan orang cederung terarah pada miskin uang atau harta milik. Ini tidak salah, tetapi juga tidak sangat tepat. Karena, miskin dalam konteks kitab suci ini memiliki sisi spiritual, bukan melulu sisi duniawi. Nabi Yesaya memakai kata SENGSARA/MISKIN dan menyerukannya kepada orang-orang Yahudi yang sedang berada dalam pengasingan di Babilonia. Mereka tentu miskin di pembuangan. Tanah mereka dirampas oleh kerajaan Babilonia. Selain itu, mereka juga miskin secara batiniah, spiritual, bahkan psikologis karena mereka tertindas, tidak memiliki kekuasaan, dan tercerai-berai. KEMISKINAN DUNIAWI ini semakin diperkuat oleh KEMISKINAN SPIRITUAL: kondisi spiritual lemah karena keberdosaan (jauh dari Yahwe).

Kata “miskin” dalam “sabda bahagia” memuat juga “miskin” dalam konteks Yesaya karena orang miskin pada zaman Yesus memiliki hanya sedikit harta milik, umumnya tertekan, tidak punya kuasa, dan sedikit harapan (karena penindasan Romawi). Mereka tidak memiliki sumber hidup cadangan yang menjadi jaminan, mereka tergantung pada orang lain untuk bertahan hidup. Orang-orang yang mendengar Yesus juga menderita kemiskinan spiritual tertentu karena kehadiran orang-orang Romawi dan cara penggembalaan para pemimpin religius Yahudi.

“Miskin dalam roh” adalah kunci bagi orang yang dikuasai kemiskinan duniawi dan kemiskinan spiritual (lemahnya relasi dengan Yahwe). Orang yang miskin dalam roh adalah mereka yang rendah hati di hadapan Allah. Mereka menyadari bahwa mereka tidak memiliki apa-apa dalam hidup ini. Karena itu, mereka hanya mengandalkan Allah. Mereka datang kepada Allah sebagai orang yang tanpa pertolongan dan tanpa harapan. Tidak ada kesombongan dalam diri mereka, tidak ada pembenaran diri, juga tidak ada “merasa diri cukup”.  Mereka bebas dari kepura-puraan dan karena itu mereka bebas untuk Tuhan. Setiap orang yang ingin masuk kerajaan Allah haruslah miskin dalam roh sebab keselamatan kita adalah suatu karunia (pemberian) Tuhan.

C.    Kabar Baik Kepada Orang Miskin
Dalam bahasa Yunani ada dua kata yang dipakai untuk mengungkapkan miskin. PTOCHOS dan PENES. PENES dipakai untuk orang yang harus bekerja keras untuk hidupnya. Dia tidak kaya, tidak memiliki barang mewah. Sementara PTOCHOS berarti sama sekali tidak punya milik. Kata yang dipakai dalam sabda bahagia adalah PTOCHOS.

Inilah kabar baik yang disampaikan kepada orang-orang miskin!  Ternyata orang miskin tidak dkucilkan dari kerajaan Allah karena kemiskinannya, sama seperti orang kaya diterima dalam kerajaan Allah bukan karena kekayaannya. Orang miskin dan orang kaya memiliki akses yang sama ke kerajaan itu. Kuncinya adalah siapa yang PTOCHOS di hadapan Allah. Umumnya lebih mudah bagi orang miskin dan menderita melakukan ini dibanding bagi orang kaya yang merasa cukup.

Berkat yang mereka terima karena disposisi yang demikian (PTOCHOS di hadapan Allah/miskin dalam roh) adalah “merekalah yang empunya Kerajaan Allah”.

D.    Penutup
Setiap orang yang ingin masuk ke dalam Kerajaan Allah itu harus miskin dalam roh. Orang yang dicengkeram kemiskinan duniawi dipanggil untuk miskin juga dalam roh. Orang yang dikungkung oleh kemiskinan spiritual (lemahnya relasi dengan TUHAN) dipanggil untuk datang lagi kepada-Nya dengan tangan hampa dan hanya mengandalkan DIA.

Bahagia adalah keadaan (situasi) sedang PTOCHOS di hadapan Tuhan. Karena itu, bahagia itu berciri ilahi.  Ia ada di dalam. Tidak terpengaruh oleh apa yang di luar. Ini soal bagaimana aku di hadapan-Nya.

Yesus memuji kebahagiaan orang-orang yang miskin di hadapan Allah dengan seruan “O, kebahagiaan orang-orang yang miskin di hadapan Allah…”  Apakah Yesus juga memuji saya dengan cara itu? Jawaban jujur atas pertanyaan ini adalah…?

P. Julius Lingga, OFMCap