Mgr. Hieronymus Bumbun OFMCap: GEMBALA DI TENGAH KAUM PINGGIRAN

Mendengarkan Panggilan Tuhan

Setelah menyelesaikan Sekolah Rakyat di Nyarumkop, sebuah desa kecil yang terletak 12 km dari Singkawang, Kalimantan Barat, Herculanus Bumbun yang masih kecil kembali ke tempat kelahirannya di Menawai Tekam, dekat Sekadau, selama sekitar satu tahun. Ia dilahirkan pada 5 Agustus 1937 sebagai anak ketujuh dari 17 bersaudara, dari pasangan Pius Ria Ensoh dan Veronika Unsai. Ia menghabiskan tiga tahun (1943-1946) belajar di Sekolah Rakyat Semadu. Dengan bantuan Pastor Donatus Dunselman OFMCap, seorang misionaris Belanda peneliti kebudayaan Dayak Iban, ia pindah ke Nyarumkop untuk menyelesaikan Sekolah Rakyat pada tahun 1949. Ia dipermandikan pada tahun 1950 di Nyarumkop.

Kemudian Pastor Martinus van Stralen OFMCap memintanya untuk melanjutkan studi di Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop. Dalam persiapan menjadi seorang Kapusin, ia masuk novisiat di Parapat (Sumatera Utara). Ia mempelajari filsafat di Seminari Tinggi St. Fidelis Parapat dan teologi di Pematangsiantar (Sumatera Utara). Salah satu hobinya adalah mengumpulkan prangko dan menjilid bahan-bahan kuliah berupa diktat di Seminari Tinggi ini.

Ia ditahbiskan sebagai imam oleh Msgr. Herculanus van den Burgt OFMCap pada 22 Juli 1967. Sebagai seorang imam Kapusin, ia dikirim ke Roma untuk belajar misiologi di Universitas Gregorian (15 Oktober 1967-1970). Sepulang dari Roma, ia menjalankan tugas pastoral di Sanggau (1970) dan Batang Tarang (1971). Ketika Uskup Agung Msgr. Herculanus van den Berg OFMCap sakit, ia diangkat menjadi Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Pontianak (Mei 1972). Pada 12 Januari 1976, ia diangkat sebagai Uskup Auksilier dan pada 27 Mei 1976 dan ditahbiskan oleh Kardinal Darmojowono di Katedral Pontianak. Ia ditahbiskan sebagai Uskup Agung Pontianak pada 26 Februari 1977 dengan moto episkopalnya “Amor non amatur” (“Cinta tidak dicintai”) yang didasarkan pada pemikiran teologis St. Yohanes dalam Injil tentang cinta (1 Yohanes 3:11-21; 1 Yohanes 4:11-18). Tuhan adalah cinta dan sumber cinta. Cinta Yesus adalah model bagi semua murid-Nya dan semua umat manusia. Dalam pengalaman spiritual St. Fransiskus dari Assisi, cinta tidak selalu dicintai meskipun ia mencintai semua makhluk.

Sebagai Gembala di Tengah Kaum Pinggiran

Sekarang Keuskupan Agung Pontianak (ibu kota Kalimantan Barat) terdiri dari 36 paroki dengan jumlah umat 400.000-an dengan jumlah imam sekitar 118. Sebagian besar dari mereka adalah Dayak, Tionghoa, Jawa, Batak, Flores, dan kelompok etnis lainnya. Umumnya, semua paroki dapat dengan mudah dijangkau dengan transportasi umum.

Msgr. Hieronymus Bumbun OFMCap telah bekerja dan hidup di antara mereka yang disebut sebagai orang-orang pinggiran, miskin, dan tidak berpendidikan formal yang tinggi. Ia mengalamai dan merasakan perjuangan hidup mereka. Melakukan pelayanan pastoral di antara mereka sangat menarik karena banyak dari mereka hidup dalam kesederhanaan. Terkadang diperlukan penggunaan bahasa khusus untuk berkomunikasi dengan mereka. Hari demi hari, mereka menjalani hidup dengan bekerja di ladang pertanian, perkebunan, dan tambang. Belakangan, mereka mulai mengirim anak-anak mereka untuk melanjutkan pendidikan di kota.

Evangelisasi memiliki peran penting di antara mereka yang belum mengenal Yesus Kristus. Secara budaya, masyarakat lokal dapat menyesuaikan diri dengan tradisi Katolik karena Gereja menghargai kekayaan dan warisan budaya mereka. Mereka mengalami Yesus sebagai Sang Juruselamat yang memimpin mereka menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera. Mereka menantikan kedatangan seorang gembala yang baik.

Pendekatan Pastoral Khusus

Msgr. Hieronymus Bumbun yang melakukan pelayanan pastoral di masyarakat yang beraneka ragam membutuhkan pendekatan khusus dan kerja sama yang baik dengan semua orang yang berkehendak baik. Umat awam memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan gereja di wilayah ini. Secara teoritis, pendekatan multikultural dan lintas budaya sangat penting untuk membawa Kabar Baik di antara mereka. Setiap umat, sekalipun sangat sederhana, tidak luput dari perhatiannya.

Pendekatan pastoral lintas budaya menanggapi dan menjawab kebutuhan nyata umat Katolik di keuskupan agung ini. Sulit untuk menyampaikan Kabar Baik di wilayah ini tanpa pengetahuan khusus tentang gaya hidup masyarakat. Pemahaman yang baik tentang atmosfer sosial-budaya setempat sangat membantu dalam menjalankan pelayanan pastoral. Bagaimana kita bisa menciptakan suasana damai dan persaudaraan di mana semua orang bisa saling memperkaya satu sama lain? Metode hidup dalam situasi damai akan mengurangi segala macam ketegangan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Kerja sama yang baik dalam masyarakat multikultural, seperti dialog antaragama, seminar, dan diskusi, sangat penting untuk hidup bersama sebagai masyarakat sipil. Pepatah “tidak ada manusia yang hidup sendirian dalam sebuah pulau tertutup” mengingatkan kita akan perlunya bekerja sama untuk mewujudkan masyarakat dan dunia yang lebih baik. Jaringan yang harmonis akan menjadi kontribusi yang signifikan bagi perkembangan manusia. Dengan bekerja sama, kita bisa memperkuat diri sebagai murid-murid Yesus yang dipanggil untuk melanjutkan misi universal-Nya bagi mereka yang terbuka terhadap kedatangan Kerajaan Allah.

Membangun Rumah Tuhan yang Baru

Tiga tahun sebelum ia mengakhiri masa pelayanannya sebagai Uskup Agung Pontianak, pada Juli 2011, Msgr. Hieronymus Bumbun OFMCap mulai membangun katedral baru. Umat Katolik di keuskupan agung ini berkembang pesat. Dalam waktu singkat, umat Katolik di Kota Pontianak menyebar ke sembilan paroki. Kehidupan spiritual mereka berkembang secara positif. Terdapat setidaknya 22 komunitas doa yang berkumpul dan mengadakan kegiatan rohani secara teratur.

 Lingkungan spiritual yang segar berkembang dalam keuskupan ini. Umat awam bekerja sama untuk mendirikan gereja Katolik baru. Sebuah panitia yang baik untuk mempersiapkan gereja baru demi masa depan umat Katolik memiliki tanggung jawab untuk mengambil inisiatif dalam proyek besar ini. Beberapa penganut Konghucu dan Buddha juga memberikan sumbangan keuangan untuk pembangunan katedral besar ini. Mereka berharap bahwa kerja sama dan dialog antaragama yang baik akan terus berlanjut di masa depan.

Ini menunjukkan bahwa kematangan spiritual umat adalah fakta yang tak terbantahkan. Mereka mulai berpikir, merencanakan, dan mewujudkan katedral yang layak bagi umat Katolik di sini. Mereka menghabiskan banyak waktu dan dana untuk kegiatan spiritual. Kerja sama yang baik akan mengubah impian ini menjadi kenyataan dalam waktu sekitar 18 bulan. Ia yakin bahwa Santo Yosef, Pelindung Katedral, akan terus mendoakan terwujudnya proyek ini. Sekarang, yang mendatangi Katedral ini umat Katolik dari pelbagai daerah di dalam dan luar tanah air, seperti Kuching (Malaysia) dan negara tetangga lain.

Menanggapi Tanda-Tanda Zaman

Keuskupan Agung ini mencakup lima kabupaten, yaitu Pontianak, Bengkayang, Landak, Sambas, dan Kubu Raya dan dua Kodya (Pontianak dan Singkawang). Segera tiga paroki besar, yaitu Pahauman, Menjalin, dan Ngabang, dapat dibagi menjadi lima hingga enam paroki jika kita memiliki cukup imam untuk melakukan pelayanan pastoral di antara mereka.

Msgr. Hieronymus Bumbun OFMCap memotivasi umat awam untuk berperan lebih aktif dalam dunia spiritual. Beberapa dari mereka diangkat menjadi ‘pro-diakon’ (‘petugas luar biasa Gereja’) yang dapat membantu seorang pastor paroki dalam pelayanan pastoral seperti membagikan Komuni Suci, mengunjungi orang sakit, dan kegiatan sosial lainnya. Ia optimis bahwa mereka sadar akan panggilan mereka sebagai murid Yesus untuk membawa Kabar Baik kepada orang miskin, sakit, dan menderita.

Ia mengadakan sinode keuskupan di Tirta Ria (sebuah Rumah Retret Kapusin di Pontianak) yang dihadiri oleh 163 peserta. Beberapa isu penting seperti pelayanan, evangelisasi, liturgi, kesaksian, dan lingkungan dibahas secara serius. Bagaimana Gereja kita bisa menanggapi kebutuhan spiritual umat saat ini? Partisipasi dan kerja sama yang baik dari semua organ gerejawi memenuhi kebutuhan nyata umat.

Sistem baru pelayanan pastoral mempertimbangkan latar belakang sosial-budaya dan nilai-nilai lokal-tradisional. Kearifan lokal diangkat menjadi kendaraan untuk mewartakan Kabar Baik. Bagaimana Kabar Baik Yesus Kristus dapat bertemu dengan nilai-nilai lokal-tradisional ketika berbicara tentang kehidupan, keadilan sosial, perdamaian, dan kehidupan yang lebih baik di masa depan? Kabar Baik sangat penting dalam konteks pelayanan ini. Sistem pelayanan baru ini mengandaikan adanya sistem pendidikan yang baik yang dijalankan oleh Gereja. Tanda-tanda zaman, yang terus berpacu dalam era digital, perlu ditanggapi dengan serius oleh Gereja kita. Bagaimana kita dapat mempromosikan gerakan ekumenis tanpa meninggalkan iman Katolik kita? Perhatian kepada kaum muda akan menjadi prioritas penting dalam waktu dekat. Mereka adalah masa depan Gereja.

Tips untuk Hidup Sehat

Sejak tahun 2021 Msgr H. Bumbun tinggal di Biara Kapusin St. Fransiskus dari Assisi di Jl. Pattimura 195 Pontianak. Berbicara tentang hidup sehat, ia menekankan bahwa setiap orang perlu mengatur kesehatannya sendiri dalam kerja sama dengan Sang Pencipta. Cara mengelola hidup memengaruhi keadaan kesehatan orang. Menempuh hidup apa adanya dan tak dibuat-buat akan membuat hidup lebih sehat. Manusia yang menyadari keterbatasan dan kekurangannya akan mendorong manusia untuk hidup dengan lebih baik dan bijaksana di masa depan.

Perintah-perintah Tuhan harus dipenuhi dengan senang hati. Semua bagian tubuh memiliki peran dan fungsi masing-masing. Cara berpikir dan bertindak yang proporsional dan moderat akan mendukung kesehatan yang baik. Sebagai seorang saudara pengikut Yesus kita perlu menghindari kerakusan dalam makan dan minum karena hal ini akan mengganggu kesehatan. Bijaksana dalam makan, minum, berdoa, bekerja, dan beristirahat akan menjaga kesehatan manusia tetap terawat dengan baik.

Keseimbangan dalam pikiran manusia akan melahirkan manusia yang mampu mengelola hidup dan kesehatannya. Pikiran yang berat sering kali menyebabkan gangguan fisik seperti sakit kepala, tekanan darah tinggi, sakit perut, dan bisul. Positive thinking adalah obat, sedangkan negative thinking dapat mengundang penyakit dalam hidup seseorang. Kedamaian hidup akan mendukung gaya hidup sehat. Istirahat yang cukup akan menenangkan pikiran manusia. Doa menjadi jalan pemurnian hati dan pikiran manusia. Hati yang senang adalah obat.

Per aspera ad astra (Melalui jerih payah menuju bintang)

     Setelah memasuki masa pensiun (Agustus 2014), Msgr. H. Bumbun tinggal di Persaudaraan Kapusin Paroki Gembala Baik Pontianak. Sejak tahun 2020 dia pindah dari Persaudaraan Kapusin Gembala Baik menuju Biara Kapusin St. Fransiskus Jl. Pattimura 195 Pontianak hingga ajalnya 30 September 2024. Sebagai anggota persaudaraan dia mengikuti aturan hidup dan kegiatan persaudaraan dengan tulus dan segenap hati, walaupun masih banyak orang yang mendatangi dan ingin berjumpa dengannya. Dalam usia tua dia masih dimintai tolong untuk mengurus ini-itu. Dia terkadang sibuk dengan urusan yang datang dari luar persaudaraan.

     Dalam keadaan lemah dia masih diajak untuk mengikuti sejumlah kegiatan panjang hingga beberapa ratus kilometer. Keadaan ini dari satu sisi menyenangkan dan melegakan, namun dari sisi lain meletihkan secara fisik. Walaupun demikian dia tidak mengeluh. Kelihatan dia masih tetap sabar dan tenang. Menjelang akhir hidupnya dia masih harus menempuh perjalanan dan tugas yang sangat melelahkan sehingga harus dirawat di Rumah Sakit Charitas Bakti pada tanggal 13 Juli 2024, namun sehari kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Umum St. Antonius Pontianak. Dia harus menderita sekitar dua bulan. Namun, dia masih berusaha dengan tenang menghadapi keadaan yang tidak mudah. Kesabaran, ketabahan, dan penyerahan diri diungkapkan dalam keadaannya yang berat. Semboyan Amor non amatur terwujud. Cinta yang tidak dicintai.

     Tanggal 30 September 2024, Peringatan St. Hieronymus dalam penanggalan Liturgi Gereja Katolik. Keadaannya hari ini lebih berat daripada sebelumnya. Drop. Dokter-dokter di RS Santo Antonius telah mengerahkan segenap perhatian dan tenaga untuk menolongnya. Ternyata, kemampuan manusia dan alat medis memang terbatas. Pukul 19.30 kami menuju Ruang Xaverius, Kamar 324. Mgr. Agustinus Agus, religius, anggota keluarga dan kenalan telah berkumpul bersama berdoa. Tenaga medis masih memberikan perhatian dan pertolongan terakhir. Waktu telah tiba dan tidak bisa dihindari. Lonceng keberangkatan telah ditarik. Para malaikat membunyikan nafiri dan sangkakala. Pukul 21.12 Sang Pencipta memanggilnya kembali ke hadirat-Nya. Dia menghembuskan nafas terakhir dengan damai dan tenang. Selamat jalan Msgr. H. Bumbun OFMCap dan sampai jumpa. RIP. – Sdr. William Chang OFMCap.